Pengolalaan Sampah
Minggu, 20 Mei 2012
Mengelola Sampah Anorganik
Sampah anorganik tidak dapat
terdegradasi secara alami. Dengan kreativitas, sampah ini bisa didaur ulang
untuk beragam kebutuhan. Ada
beberapa sampah yang bisa dimanfaatkan:
§
Sampah kertas
Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang
dipisahkan dari sampah lainnya. Entah selanjutnya dibuang ke tempat sampah atau
dijual ke tukang loak, minimal kita sudah memudahkan langkah para pengelola
sampah untuk melakukan pengolahan tingkat lanjut. Kumpulan sampah kertas bisa
dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti topeng, patung, dan
kertas daur ulang. Nilai jual sampah kertas daur ulang jauh lebih tinggi dari
sekadar sampah kertas biasa. Kertas daur ulang bisa dijual ke pengrajin sebagai
bahan pembuat kerajinan tangan, atau Anda sendiri yang membuat karya seni yang
menghasilkan.
§
Sampah kaleng
Banyak sekali kemasan kaleng yang digunakan untuk barang-barang
keperluan sehari-hari. Sementara sumber daya tambang tidak dapat diperbaharui,
jika bisa pun butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk membentuknya. Suatu
saat bahan tambang tersebut akan habis dieksplorasi. Oleh karena itu, akan
bijak jika kita ikut andil dalam gerakan menyukseskan daur ulang. Kaleng baja
100% dapat didaur ulang karena siklus hidupnya tidak akan pernah berakhir.
Membuat baja dari kaleng bekas hanya memerlukan 75% energi yang
digunakan untuk membuat baja dari bijih besi. Itu berarti, setiap kita mendaur
ulang 1 ton baja, akan dihemat 1.131 kg bijih besi, 633 kg batu bara, dan 54 kg
kapur.
Perlakuan kaleng bekas tergantung jenis kegunaan wadahnya.
Kaleng bekas wadah makanan memiliki tutup yang cenderung tajam, sebaiknya
bagian itu dimasukkan ke arah dalam, lalu digepengkan untuk menghemat ruang di
tempat sampah. Kaleng cat harus dibersihkan dari sisa-sisa catnya dengan kertas
koran dan biarkan kering, kemudian digepengkan. Kertas kaleng minyak goreng
juga begitu. Kaleng yang mengandung aerosol, seperti parfum dan cat semprot
harus ditangani hati-hati, jangan ditusuk atau digepengkan. Untuk kaleng drum
bisa dimanfaatkan sebagai tempat sampah atau pot.
§
Sampah botol
Botol beling memiliki nilai tinggi, apalagi masih utuh. Jika
sudah tidak utuh akan didaur ulang lagi bersama dengan berbagai jenis kaca
lainnya untuk dicetak menjadi botol baru. Harga sampah botol bekas minuman
lebih rendah karena bentuknya khusus sehingga pembelinya terbatas perusahaan
minuman itu. Botol kecap lebih mahal karena banyak produk yang bisa dikemas
dengan botol itu. Usaha botol bekas juga memberi peluang kerja bagi ibu-ibu
sebagai pencuci botol.
§
Sampah plastik
Saat ini sudah banyak kerajinan yang dibuat dengan bahan dasar
sampah plastik seperti tas, dompet, cover meja, dan tempat tisu.
§
Sampah B3 (limbah berbahaya
dan beracun)
Limbah B3 ternyata bisa menghasilkan uang.
Cairan cuci cetak film (fixer), bisa menghasilkan perak murni. Memang
diperlukan pengetahuan proses kimia yang memadai karena melibatkan bahan-bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
§
Sampah kain
Sampah kain bisa digunakan untuk cuci motor atau sebagai bahan baku kerajinan. Pakaian
yang sudah tidak terpakai, tapi masih layak pakai bisa disumbangkan kepada yang
membutuhkan, atau dijual dengan harga miring. Sisa kain atau kain perca juga
dimanfaatkan untuk banyak aplikasi bisa selimut, tutup dispenser, magic jar,
dan lainnya.
Pengelolaan Sampah Organik
Sampah organik yang dihasilkan oleh sebuah rumah tangga atau 1
Kepala Keluarga (KK) yang beranggota 5 orang (bapak, ibu, 2 anak dan 1
pembantu) setiap hari kurang lebih 2 kg. Kalau sebuah Rukun Tetangga (RT)
terdiri dari 40 KK dan sebuah Rukun Warga (RW) terdiri dari 10 RT, maka bisa
dihitung berapa jumlah sampah organik yang memerlukan pengelolaan selanjutnya,
atau biasa disebut “dibuang”.
Untuk mengubah pola pikir bahwa sampah kita tanggung jawab kita yang menghasilkan, dan mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang tidak mudah dan memerlukan waktu.
Dari pengalaman dan pembelajaran, Kebun Karinda menawarkan sebuah model bagi RT/RW yang ingin mandiri dalam pengelolaan sampah organiknya, namun untuk keberhasilannya diperlukan beberapa syarat:
Pertama: Kegiatan ini diorganisir oleh pemimpin masyarakat setempat (Ketua RT/RW), dibantu sebuah tim pelaksana (Komite Lingkungan).
Kedua: Dibangun komitmen di antara seluruh warga, lingkungan bagaimana yang ingin dicapai.
Ketiga:Ada
pendampingan agar kegiatan berkelanjutan, kader/motivator yang mendampingi
harus sudah berpengalaman melakukan pengomposan.
Keempat: Proses pengomposan dipilih yang tidak menimbulkan bau ialah proses fermentasi.
Sampah organik rumah tangga yang segar dan lunak, sangat mudah dikomposkan. Pengomposan dapat dilakukan secara individual di setiap rumah atau secara komunal oleh Komite Lingkungan RT/RW.
Pengomposan Individual
Kebun Karinda menyarankan pengomposan dengan metode Takakura. Jika dilakukan dengan benar dalam proses tidak ada bau busuk dan higienis. Tidak memerlukan tempat luas, tetapi tidak boleh kena hujan atau sinar matahari langsung.
Sampah organik dipisahkan dari sampah anorganik (kegiatan ini disebut “memilah sampah”) kemudian dicacah menjadi berukuran 2 cm x 2 cm agar mudah dicerna mikroba kompos. Wadahnya boleh keranjang cucian isi 40 L atau lebih dikenal dengan Keranjang Takakura, ember bekas cat atau kaporit (isi 25 L), drum bekas yang dipotong menjadi 2 bagian (isi 100 L), keranjang rotan atau bambu yang isinya lebih dari 25 L untuk mempertahankan suhu kompos. Pemilihan wadah tergantung bahan yang tersedia, selera dan banyaknya sampah setiap hari.
Sampah harus dimasukkan wadah kompos setiap hari (sebelum menjadi busuk) dan diaduk sampai ke dasar wadah supaya tidak becek di bagian bawah. Pengadukan juga dimaksud untuk memasukkan oksigen yang diperlukan untuk pernapasan mikroba kompos. Jika wadah sudah penuh, kompos baru bisa dipanen jika sudah matang.
Pengomposan dimulai lagi dengan wadah lain, dengan aktivator sebagian kompos yang masih panas dari wadah pertama. Kompos setengah jadi ini bisa juga dikirim ke pengomposan komunal untuk diproses bersama-sama. Sebagian ditinggal dalam wadah untuk dijadikan aktivator. Warga akan mendapat hasil panen kompos, atau membelinya dengan harga khusus.
Pengomposan Komunal
Memerlukan bangunan tanpa dinding, atapnya bisa dari plastik terpal, daun kirai, plastik gelombang, genteng dan sebagainya tergantung dana yang tersedia. Lantainya bisa tanah, semen atau paving blok. Kita bisa menyebutnya sebagai “Rumah Kompos”.
Untuk wadah pengomposan sampah organik rumah tangga dapat dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu, paving blok, bata dan sebagainya. Agar dapat menyimpan panas, kotak harus memiliki volume paling sedikit 500 L atau memiliki panjang 75 cm, lebar 75 cm dan tinggi 1 m. Salah satu sisinya harus bisa dibuka, untuk mengeluarkan adonan kompos jika seminggu sekali dibalik. Banyaknya kotak tergantung jumlah sampah yang akan dikelola.
Hal penting agar tempat pengomposan bersih dan tidak berbau busuk, sampah yang masuk hanya sampah orgaik saja. Warga harus memilah sampahnya di rumah masing-masing (mengikuti RUU Persampahan). Di depan rumah tidak perlu ada bak sampah, tetapi disediakan dua wadah sampah untuk sampah organik dan anorganik. Petugas pengangkut sampah mengambilnya dengan gerobak sampah yang diberi sekat. Sampah organiknya diturunkan di Rumah Kompos.
Selanjutnya oleh petugas dicacah (manual atau dengan mesin pencacah). Jika menggunakan mesin pencacah, agar sampah tidak mengeluarkan air dan untuk menambahkan unsur Karbon, dicampurkan terlebih dahulu serbuk gergaji. Jika pencacahan secara manual, serbuk gergaji dicampurkan sebelum masuk wadah kompos. Aktivator yang digunakan adalah adonan kompos yang masih aktif atau belum selesai berproses. Jika menggunakan mesin pencacah, aktivator ditambahkan sebelum masuk mesin.
Adonan kompos dari sampah organik rumah tangga jika diaduk setiap hari, akan matang dalam waktu kurang lebih 10-14 hari, namun harus distabilkan dahulu sampai suhu menjadi seperti suhu tanah, kira-kira makan waktu 2 minggu baru bisa dipanen. Jika akan dikemas diayak terlebih dahulu untuk memisahkan bagian yang kasar atau belum menjadi kompos.
Jika tanah yang tersedia cukup luas dan sampahnya cukup banyak, pengomposan dapat dilakukan dengan sistem open windrow yaitu dengan timbunan-timbunan yang memerlukan pembalikan. Kompos setengah jadi yang dikirim oleh warga dicampurkan ke adonan kompos yang sudah berusia kurang lebih 1 minggu, dan akan matang bersama-sama.
Pemanfaatan Kompos
Kompos yang dibuat melalui proses termofilik aerobik seperti ini, kualitasnya “super”. Kaya akan unsur yang diperlukan tanaman agar tumbuh subur. Harganya bisa mencapai lebih dari Rp.1000/kg.
Jika ingin ditingkatkan lagi harganya, kita bisa membibit dan menjual tanaman bunga, sayuran dan tanaman obat yang dipupuk dengan kompos buatan sendiri.
Tim Pelaksana
Dibentuk Komite Lingkungan oleh Pengurus RT/RW dan selanjutnya diperlukan peran serta warga sehingga kegiatan ini menjadi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing:
1. Komite Lingkungan:
Pertama: Relawan yang peduli lingkungan, memiliki kemampuan dan waktu.
Kedua: Mengorganisasi warga dalam kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Ketiga: Melatih dan meningkatkan keterampilan kader sebagai motivator dan tenaga pelaksana pengomposan.
Keempat: Mengendalikan proses pengomposan agar dihasilkan kompos yang memenuhi syarat.
2. Dewan Kelurahan, Tim Penggerak PKK dan Karang Taruna
Pertama: Menjadi relawan kader lingkungan, motivator kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Kedua: Mengajarkan dan menggerakkan warga untuk memilah sampah.
Ketiga: Pendampingan dalam proses pengomposan di rumah tangga.
3. Petugas Pelaksana Pengomposan
Merupakan tenaga tetap yang melaksanakan proses pengomposan.
Usaha Mandiri RT/RW
Sebagai modal awal yang meliputi sarana dan prasarana, pelatihan TOT kader/motivator perlu dukungan Pemerintah melalui proposal yang meyakinkan yang disusun oleh Pengurus RT/RW. Diharapkan kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat ini nantinya dapat mandiri dari penjualan kompos dan produk-produk turunannya (tanaman hias, sayuran, tanaman obat).
Lingkungan menjadi bersih, teduh dan asri, masyarakat terjaga kesehatannya karena pengelolaan sampah merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi Pengurus RT/RW yang ingin mandiri dalam mengurus sampah warganya. Tentunya tingkat keberhasilan akan lebih tinggi jika aparat di atasnya (Lurah, Camat Bupati/Walikota) dan instansi terkait ikut berperan serta dengan memberikan dorongan dan apresiasi.
Untuk mengubah pola pikir bahwa sampah kita tanggung jawab kita yang menghasilkan, dan mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang tidak mudah dan memerlukan waktu.
Dari pengalaman dan pembelajaran, Kebun Karinda menawarkan sebuah model bagi RT/RW yang ingin mandiri dalam pengelolaan sampah organiknya, namun untuk keberhasilannya diperlukan beberapa syarat:
Pertama: Kegiatan ini diorganisir oleh pemimpin masyarakat setempat (Ketua RT/RW), dibantu sebuah tim pelaksana (Komite Lingkungan).
Kedua: Dibangun komitmen di antara seluruh warga, lingkungan bagaimana yang ingin dicapai.
Ketiga:
Keempat: Proses pengomposan dipilih yang tidak menimbulkan bau ialah proses fermentasi.
Sampah organik rumah tangga yang segar dan lunak, sangat mudah dikomposkan. Pengomposan dapat dilakukan secara individual di setiap rumah atau secara komunal oleh Komite Lingkungan RT/RW.
Pengomposan Individual
Kebun Karinda menyarankan pengomposan dengan metode Takakura. Jika dilakukan dengan benar dalam proses tidak ada bau busuk dan higienis. Tidak memerlukan tempat luas, tetapi tidak boleh kena hujan atau sinar matahari langsung.
Sampah organik dipisahkan dari sampah anorganik (kegiatan ini disebut “memilah sampah”) kemudian dicacah menjadi berukuran 2 cm x 2 cm agar mudah dicerna mikroba kompos. Wadahnya boleh keranjang cucian isi 40 L atau lebih dikenal dengan Keranjang Takakura, ember bekas cat atau kaporit (isi 25 L), drum bekas yang dipotong menjadi 2 bagian (isi 100 L), keranjang rotan atau bambu yang isinya lebih dari 25 L untuk mempertahankan suhu kompos. Pemilihan wadah tergantung bahan yang tersedia, selera dan banyaknya sampah setiap hari.
Sampah harus dimasukkan wadah kompos setiap hari (sebelum menjadi busuk) dan diaduk sampai ke dasar wadah supaya tidak becek di bagian bawah. Pengadukan juga dimaksud untuk memasukkan oksigen yang diperlukan untuk pernapasan mikroba kompos. Jika wadah sudah penuh, kompos baru bisa dipanen jika sudah matang.
Pengomposan dimulai lagi dengan wadah lain, dengan aktivator sebagian kompos yang masih panas dari wadah pertama. Kompos setengah jadi ini bisa juga dikirim ke pengomposan komunal untuk diproses bersama-sama. Sebagian ditinggal dalam wadah untuk dijadikan aktivator. Warga akan mendapat hasil panen kompos, atau membelinya dengan harga khusus.
Pengomposan Komunal
Memerlukan bangunan tanpa dinding, atapnya bisa dari plastik terpal, daun kirai, plastik gelombang, genteng dan sebagainya tergantung dana yang tersedia. Lantainya bisa tanah, semen atau paving blok. Kita bisa menyebutnya sebagai “Rumah Kompos”.
Untuk wadah pengomposan sampah organik rumah tangga dapat dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu, paving blok, bata dan sebagainya. Agar dapat menyimpan panas, kotak harus memiliki volume paling sedikit 500 L atau memiliki panjang 75 cm, lebar 75 cm dan tinggi 1 m. Salah satu sisinya harus bisa dibuka, untuk mengeluarkan adonan kompos jika seminggu sekali dibalik. Banyaknya kotak tergantung jumlah sampah yang akan dikelola.
Hal penting agar tempat pengomposan bersih dan tidak berbau busuk, sampah yang masuk hanya sampah orgaik saja. Warga harus memilah sampahnya di rumah masing-masing (mengikuti RUU Persampahan). Di depan rumah tidak perlu ada bak sampah, tetapi disediakan dua wadah sampah untuk sampah organik dan anorganik. Petugas pengangkut sampah mengambilnya dengan gerobak sampah yang diberi sekat. Sampah organiknya diturunkan di Rumah Kompos.
Selanjutnya oleh petugas dicacah (manual atau dengan mesin pencacah). Jika menggunakan mesin pencacah, agar sampah tidak mengeluarkan air dan untuk menambahkan unsur Karbon, dicampurkan terlebih dahulu serbuk gergaji. Jika pencacahan secara manual, serbuk gergaji dicampurkan sebelum masuk wadah kompos. Aktivator yang digunakan adalah adonan kompos yang masih aktif atau belum selesai berproses. Jika menggunakan mesin pencacah, aktivator ditambahkan sebelum masuk mesin.
Adonan kompos dari sampah organik rumah tangga jika diaduk setiap hari, akan matang dalam waktu kurang lebih 10-14 hari, namun harus distabilkan dahulu sampai suhu menjadi seperti suhu tanah, kira-kira makan waktu 2 minggu baru bisa dipanen. Jika akan dikemas diayak terlebih dahulu untuk memisahkan bagian yang kasar atau belum menjadi kompos.
Jika tanah yang tersedia cukup luas dan sampahnya cukup banyak, pengomposan dapat dilakukan dengan sistem open windrow yaitu dengan timbunan-timbunan yang memerlukan pembalikan. Kompos setengah jadi yang dikirim oleh warga dicampurkan ke adonan kompos yang sudah berusia kurang lebih 1 minggu, dan akan matang bersama-sama.
Pemanfaatan Kompos
Kompos yang dibuat melalui proses termofilik aerobik seperti ini, kualitasnya “super”. Kaya akan unsur yang diperlukan tanaman agar tumbuh subur. Harganya bisa mencapai lebih dari Rp.1000/kg.
Jika ingin ditingkatkan lagi harganya, kita bisa membibit dan menjual tanaman bunga, sayuran dan tanaman obat yang dipupuk dengan kompos buatan sendiri.
Tim Pelaksana
Dibentuk Komite Lingkungan oleh Pengurus RT/RW dan selanjutnya diperlukan peran serta warga sehingga kegiatan ini menjadi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing:
1. Komite Lingkungan:
Pertama: Relawan yang peduli lingkungan, memiliki kemampuan dan waktu.
Kedua: Mengorganisasi warga dalam kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Ketiga: Melatih dan meningkatkan keterampilan kader sebagai motivator dan tenaga pelaksana pengomposan.
Keempat: Mengendalikan proses pengomposan agar dihasilkan kompos yang memenuhi syarat.
2. Dewan Kelurahan, Tim Penggerak PKK dan Karang Taruna
Pertama: Menjadi relawan kader lingkungan, motivator kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Kedua: Mengajarkan dan menggerakkan warga untuk memilah sampah.
Ketiga: Pendampingan dalam proses pengomposan di rumah tangga.
3. Petugas Pelaksana Pengomposan
Merupakan tenaga tetap yang melaksanakan proses pengomposan.
Usaha Mandiri RT/RW
Sebagai modal awal yang meliputi sarana dan prasarana, pelatihan TOT kader/motivator perlu dukungan Pemerintah melalui proposal yang meyakinkan yang disusun oleh Pengurus RT/RW. Diharapkan kegiatan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat ini nantinya dapat mandiri dari penjualan kompos dan produk-produk turunannya (tanaman hias, sayuran, tanaman obat).
Lingkungan menjadi bersih, teduh dan asri, masyarakat terjaga kesehatannya karena pengelolaan sampah merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi Pengurus RT/RW yang ingin mandiri dalam mengurus sampah warganya. Tentunya tingkat keberhasilan akan lebih tinggi jika aparat di atasnya (Lurah, Camat Bupati/Walikota) dan instansi terkait ikut berperan serta dengan memberikan dorongan dan apresiasi.
3R (Reuse Reduce Recycle) Sampah
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti
menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama
ataupun fungsi lainnya. Reduceberarti
mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang)
sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Melakukan 3R (Reuse Reduce Recycle) Setiap Hari. Mengelola sampah
dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle)
dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan
tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse
Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor,
ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat
digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya,
pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai
yang dapat di charge kembali.
§ Gunakan kembali
wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi
lainnya. Misalnya
botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
§ Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali.
§ Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk
menulis.
§ Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat .
§ Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada
pihak yang memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
§ Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur
ulang.
§ Hindari memakai dan membeli produk yang
menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
§ Gunakan produk yang dapat diisi ulang
(refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
§ Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan
elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
§ Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
§ Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan
fotokopi.
§ Hindari membeli dan memakai barang-barang yang
kurang perlu.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
§ Pilih produk dan
kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
§ Olah sampah kertas
menjadi kertas atau karton kembali.
§ Lakukan pengolahan
sampah organic menjadi kompos.
§ Lakukan pengolahan
sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.
3R atau Reuse, Reduce, dan
Recycle sebenarnya sederhana dapat dilakukan
oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan biaya
yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak yang
signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di sekitar
kita. Ingin
melihat dampaknya, langsung saja dicoba!
Pemanfaatan Limbah
Limbah adalah nama lain dari sampah, biasanya dianggap barang yang sudah tidak dipakai lagi. Limbah bisa berupa limbah basah dan limbah kering. Jika diamati, setiap rumah tangga setiap harinya menghasilkan limbah rumah tangga. Bisa dipastikan memasak di dapur, ada sisa sayuran yang tidak dipakai yang akan
menjadi limbah lalu masuk keranjang sampah. Mulai dari sinilah rumah tangga menghasilkan limbah basah, ada sisa sayuran, sisa nasi, dan sisa makanan lain. Jika pandai memanfaatkannya, limbah basah ini bisa
diolah menjadi pupuk organik. Sementara bekas botol kecap, saus tomat atau saus sambal, dan pembungkus kertas termasuk limbah yang bisa didaur ulang menjadi bahan lain yang apik dan lebih bernilai.Demikian juga halnya saat mencuci piring,mencuci pakaian, menggosok gigi, mandi, atau mencuci rambut, akan meninggalkan sampah dan akibatnya akan menambah gundukan sampah. Kegiatan ini sudah dan akan berulang bertahun-tahun lamanya, menjadi bagian kegiatan yang sudah sewajarnya terjadi. Padahal jika kita mau menilik lebih jauh, sebagian besar kemasan (pembungkus) produk tersebut terbuat dari bahan yangbagus dengan tampilan yang cantik dan menarik. Kemasan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi barang berguna dan tidak sekedar wadah produk isi ulangsaja. Inspirasi dari limbah kemasan plastik ini menjadi barang kebutuhan rumah tangga dan bisa mendorong keinginan untuk menciptakan usaha mandiri. Limbah
kemasan plastik ini bisa diolah menjadi barang yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, seperti dijadikan tas belanja, tas santai, tas laptop, taplak meja, tikar, kantung serbaguna, sampai kursi.
Untuk mengetahui manfaat limbah kemasan plastik, buku “ Inspirasi dari Limbah Plastik” karya Ulli Hermono mengajarkan betapa harganya sampah disekitar kita.Kemasan plastik yang sebelumnya kita abaikan akan menjadi kreasi unik yang berguna. Tas, sandal, tirai kamar mandi, atau tikar dari sampah kemasan plastik menjadi barang yang tidak terbayangkan sebelumnya. Selain itu, buku terbitan KawanPustaka ini juga membeberkan cara pembuatannya, mulai dari pemisahan sampah, cara membersihkan, cara menyambung dan menjahit, sampai produk apa saja yang bisa dibuat. Semuanya unik dan bermanfaat.
Good Luck ^_^
Sabtu, 28 April 2012
Minggu, 04 Maret 2012
Langganan:
Postingan (Atom)